Mengacu pada KBBI, tato merupakan gambar atau lukisan pada kulit tubuh. Meski membawa stigma yang tidak baik di mata sebagian orang, seni tato rupanya merupakan warisan kebudayaan manusia yang telah tersedia sejak lebih dari 5.000 tahun lalu.
Peradaban Nusantara terhitung tidak terlepas dari seni melukis tato. Tiga suku di Indonesia terutama membawa tato dengan dengan ciri khas dan arti tersendiri. Berikut ini adalah tiga suku dengan dengan seni tato asli Indonesia.
Suku Mentawai
Suku Mentawai merupakan suku tertua di Indonesia sekaligus tidak benar satu tertua di dunia. Para pakar peristiwa memperkirakan nenek moyang mereka bermigrasi ke Kepulauan Mentawai pada tahun 2000 sampai 500 Sebelum Masehi.
Hingga kini, Suku Mentawai selamanya memegang teguh tradisi istiadat dan tradisi mereka. Salah satunya adalah seni tato atau rajah yang mereka sebut Titi. Seni tato asli Indonesia ini merupakan yang tertua di dunia dan diperkirakan telah tersedia sejak tahun 1500 SM, lebih tua dari tato Mesir kuno yang nampak tahun 1300 SM.
Makna Tato
Suku Mentawai menjadikan tato sebagai alat komunikasi bagi masing-masing anggotanya. Tato sehabis itu mewakili identitas tentang tanah asal, kedudukan sosial dan seberapa hebat sebagai pemburu. Bagi Suku Mentawai, tato terhitung menjadi simbol keseimbangan pada kehidupan dan alam sekitar. Karena itu, motif seperti bebatuan, hewan, dan tumbuhan harus mereka abadikan pada tubuh.
Selai itu, Mentawai membawa ratusan motif lain seperti busur, mata kail, duri rotan, area sagu dan lainnya. Meski berbeda, tato Mentawai membawa ciri khas motif berwujud garis-garis dengan dengan jarak tertentu, kebanyakan dengan dengan pakai jari.
Pengukirannya terhitung tidak serampangan dan terbilang ekstrem sebab selamanya pakai langkah tradisional. Sipatiti atau Sipaniti, orang yang pintar menato, pakai jarum kecil yang terpasang pada kayu panjang.
Ia mencelupkan jarum pada pewarna yang terbuat dari arang https://www.homepws.com/ tempurung kelapa dan perasan tebu sehabis itu mengukirkannya pada kulit dengan dengan langkah dipukul-pukul pelan. Prosesnya sendiri lumayan memakan waktu. Pengukiran kebanyakan bermula di pangkal lengan pas anggota menginjak umur 11-12 tahun.
Pengukiran sehabis itu berlanjut ke anggota paha pas memasuki umur dewasa, 18-19 tahun. Memasuki umur lebih dari 19, penatoan berlanjut ke anggota dada, telapak tangan, dan pusar. Setelah itu, tato pun diberikan ke semua tubuh.
Sayangnya, seni tato asli Indonesia ini tambah jarang terutama sebab masuknya agama dan pendidikan. Jika penasaran, kamu bisa lihat seni tato Suku Mentawai di Desa Madobak, Ugai dan Matotonan.
Suku Dayak
Seni tato asli Indonesia sehabis itu bisa kamu temukan di Pulau Kalimantan. Tradisi tato yang dikenal dengan dengan arti Tutang ini kebanyakan dipraktikkan oleh Suku Dayak Iban, Tunjung, Taman, Daratan, Kenyah dan Kayan. Seni rajah Suku Dayak terhitung terhitung tidak benar satu yang tertua di dunia yang bisa saja telah tersedia sejak tahun 1500-500 SM.
Pengukiran dan peletakannya pada tubuh terhitung tidak boleh serampangan sebab masing-masing wujud membawa arti dan manfaat tersendiri. Motifnya sendiri lumayan beragam, merasa dari salampang mata andau, buah terung, buah enggang. Ketam, kelingai sampai kalajengking. Motif sehabis itu terhitung membawa arti tersendiri.
Tato di leher kebanyakan menyatakan kedudukan seperti timanggong atau panglima namun tato buah terung membawa arti pangkat bagi penduduk Dayak. Selain itu, tato kelingai yang kebanyakan diukir pada paha atau betis melambangkan hidup yang tak pernah terlepas dari alam.
Makna Tato
Bagi Suku Dayak, tato bisa menjadi simbol identitas kelompok dan menyatakan bahwa pemilik tato merupakan keturunan asli Dayak. Tato terhitung merupakan simbol strata sosial dan kelas ekonomi. Semakin banyak tato bermakna tambah tinggi derajat mereka di masyarakat. Selain itu, tato asli Indonesia sehabis itu juga:
- Erat kaitannya dengan dengan peribadatan, kesenian dan pengayauan (membunuh orang dan mengambil alih kepalanya) di masa lalu
- Bisa menangkal pengaruh jahat dan berikan keselamatan pada diri
- Menjadi penanda telah lulus Kinyah (seni bela diri dengan dengan sajam Mandau)
- Penghargaan atas kedewasaan dan keberanian
- Merupakan penanda telah merantau ke beraneka suku
- Menjadi penanda siap menikah bagi wanita
Pengukiran pada tubuh kebanyakan pakai duri pohon jeruk atau salak. Selanjutnya, Pantang (sebutan untuk penato) mencelupkan duri pada tinta sehabis itu memukul-mukulnya pada kulit objek tato.
Tinta sehabis itu kebanyakan terbuat dari jelaga lampu yang telah tercampur dengan dengan air gula atau perasan tebu agar lebih pekat. Saat ini, selamanya tersedia generasi muda Suku Dayak yang mempertahakan tradisi tato mereka. Hanya saja, jumlahnya tidak sebanyak pendahulu mereka.
Suku Moi
Papua membawa tiga suku yang membawa tradisi membawa pengaruh tato. Salah satunya adalah Suku Moi di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Seni tato asal Indonesia ini diperkirakan telah nampak sejak zaman Neolitikum. Orang Austronesia dan Asia yang bermigrasi ke kawasan Papua di zaman prasejarah kurang lebih 3.000 tahun sehabis itu berperan di di didalam mengenalkan tradisi tato pada Suku Moi.
Berbeda dengan dengan tato modern yang bisa bermotif kebanyakan sampai rumit, motif tato Suku Moi terbilang sederhana. Motif sehabis itu kebanyakan terdiri dari pola geometris dan garis-garis melingkar dengan dengan titik-titik berwujud segitiga kerucut atau tridiagonal.
Desain tatonya sehabis itu dapat ikuti wujud tubuh yang hendak di tato. Beberapa anggota tubuh yang kerap menjadi objek tato adalah dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul, dan punggung.
Tinta untuk tato kebanyakan terbuat dari campuran getah pohon langsat (loum) dengan dengan arang halus (yak kibi) dari hasil pembakaran kayu. Karena pemakaian bahan tersebut, warna tato terhitung condong simpel dan terbatas pada warna hitam, putih dan merah. Pengukirannya sehabis itu pakai duri pohon sagu atau tulang ikan yang dicelupkan pada tinta dan ditusukkan pada kulit anggota tubuh.
Bagi Suku Moi, tato merupakan hiasan tubuh sekaligus identitas diri. Semakin banyak tato, maka semain besar rasa bangga mereka. Sayangnya, seni tato asli Indonesia ini terancam punah dan cuma bisa kamu jumpai pada generasi tua Suku Moi. Karena telah dianggap kuno dan tergerus modernisasi, generasi muda Suku Moi telah meninggalkan tradisi tato tersebut.